Kamis, 21 Juni 2012

dianhusada asuhan neonatus, bayi, dan anak



KONSEP ASUHAN NEONATUS,BAYI DAN ANAK BALITA


 . KONSEP ASUHAN NEONATUS,
BAYI DAN ANAK BALITA
A.     Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus
Penelitian menunjukan bahwa, 50% kematian bayi dalam periode Neonatal  yaitu dalam bulan pertama kehidupan.  Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengkibatkan cacat seumur hidup, bahkan kemtian.  Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya akan dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal yang terbaik yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine dapat bertahan baik karena periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi. Proses adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi baru lahir perlu diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, yang selalu memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak.
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus kekehidupan di luar uterus.Kemampuan adaptasi fisiologis ini di sebut juga homeostasis.Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit.
Tabel Mekanisme Hemostatis/Adaptasi Bayi Baru Lahir
Sistem
Intrauterin
Ekstrauterin
Repirasi / sirkulasi


Pernafasanvolunter
Belumberfungsi
Berfungsi
Alveoli
Kolaps
Berkembang
Vaskularisasi paru
Belum aktif
Aktif
Resistensi paru
Tinggi
Rendah
Intake oksigen
Dari plasenta ibu
Dari paru bayi sendiri
Pengeluaran CO2
Di plasenta
Di paru
Sirkulasi paru
Tidak berkembang
Berkembang banyak
Sirkulasi sistematik
Resistensi prifer
Resistensi prifer
Denyut jantung

Rendah
Lebih cepat
Tinggi
Lebih lambat
Saluran Cerna


Absorbsi nutrien
Belum aktif
Aktif
Kolonisasi kuman
Belum
Segera
Feses
Mekoneum
<hari ke-4, fases biasa
Enzim pencernaan
Belum aktif
Aktif
Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis, di pengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Masa neonatus lebih tepat jika di pandang sebagai masa adaptasi dari kehidupan ekstrauterin dari berbagai sistem. Pada bayi kurang bulan, terdapat berbagai ganguan mekanisme adaptasi. Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan metabolisme). Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antar maturitas dan status gizi.
1.       Sistem Pernafasan
Perkembangan sistem pulnomer terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada umur kehamilan24 hari. Pada umur kehamilan umur 4 hari ini bakal paru-paru terbentuk. Pada umur kehamilan ke 26-28 hari kedua bronchi membesar. Pada umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen bronchus. Pada umur kehgami8lan 12 minggu terjadi defresiensi lobus. Pada umur kehamilan 24 minggu terbentuk alveolus. Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan prtama terjadi krena tekana mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (Stimulasi mekanik), penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2merangsang komoreseptor yang terletak disinus karotikus (stimilasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (Stimulasi sensorik) dan refleks deflasi hering breur.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Respirasi neonatus besarnya pernafasan diafragmatik dan abdominal.
2.       Suhu Tubuh
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir kelingkunganya.
a.       Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda di sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh hilangnya pans tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan dpenolong yang dingin memegang bayi baru lahir,  menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b.       Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang bergerak (jumlah pans yang hilang tergantung pad kecepatan dan suhu udara). Contoh hilanya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir diruangan yang terpasng kipas angin.
c.       Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin (Pemindahan panas anatar dua objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa di berikan pemanas(Radiant Warmer), bayi baru lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok.
d.       Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembababan udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadu uap). Evaporasi di pengaruhi oleh jumlah panas yang di pakai tingkat kelembaban udara, aliran udar yang melewati apabila bayi baru lahir di biarkan suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Perg BB), sedangkan yang di bentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antar lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
3.       Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbojidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama energi di dapatkan dari perubahan kerbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu kuranglebih pada hari keenam, pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% di dapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat.
4.       Peredaran Darah
Fetus janin menerima oksiogen dan makanan dari plasenta, maka seluruh darah ftus harus melalui plasenta. Semua darah tercampur, antara darah yang di reoksigenisasi dan plasenta dan darah yang telah dideoksigenisasi ketika meninggalkan fetus untuk masuk kedalam plasenta. Fungsi paru-paru di jalnkan oleh plasenta. Fetus tidak mempunyai sirkulasi pulmoner seperti sirkulasi pada orang dewasa. Pemberian darah secara terbatas mencapai paru-paru, hanya cukup untuk makan dan poertumbuhan paru-paru itu sendiri.
Fetus in utero mempunyai sirkulasi yang jelas berlainan dari kehidupan setelah lahir. Darah yang sudah di reogsigenasasikan meninggalkan plasenta melalui satu-satunyavena umblika. Vena umblika berjalan di dalam tali pusat keumblikus dan dri sana ada vena kecil yang berjalan keporta hepatis. Hampir tidak ada darah masuk kedalam hati sebab vena umblika berlangsung bersambung dengan vena kava inferior melalui sebuah pembuluh besar, yang disebut duktus venosus. Setelah berada di dalam vena kava inverior, darah berjalan keatas dan mencapai atrium kanan. Sebagin besar darah bukan masuk kedalam ventrikel kanan (sebagaiman sirkulai pada orang dewasa), bukan masuk atrium kiri, tetapi melalui lubang vetal yang hanya untuk sementara ada di dalam septum interatrial, yang di sebut foramen ovale.
Setelah mencapai atrium kiri, darah masuk melalui ketup mitral kedalam ventrikal kiri. Kontraksi vetrikal kiri mendorong darah masuk kedalam aorta asendens. Dari sini sebagian besar darah didistribusikan ke jantung, otak dan anggot atas.
Paru-paru dalam masa fitus tidak aktif dan hanya mendapa sedikit darah. Sebagian besar darah dalam arteri pulmonaris disalurkan langsung kedalam aorta melalui sebuah arteri besar berotot yang di sebut duktus arterious yang bergabung dengan aorta dekat akhir lengkungan aorta (aorta terosika desendens). Dengtan demikian sebagian besar darah yang telah dideoksigenisasi yang melalui duktus arterious dan sebagian kecil darh yang berisi oksigen, mencapainya melalui lengkungan aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibtkan tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya feromen ovale secara fungsional. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekana dalam aorta desendens naik serta edi sebabkan olehg rangsangan biokimia (PaO2 yang naik) dan duktus arterius berobilitrasi.
Aliran darah paru pada hgari pertama ialah 4-5 liter permenit/m(gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah, yaitu 1,96 liter permenit/mdan bertambah pertama pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit6 menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
5.       Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyakorang dewasa, ketisdak seimbangan luas permukaan glamerulus dan volume tubulus proksimal, serta renal blood flow relatif kurang bila di bansingkan dengan orang dewasa.
6.       Imonoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang, lamina propia ilium serta apendiks. Palsenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan strees imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks dan lain-lain), reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A, Gdan M.
7.       Traktus Digestivus
        Traktus digestivus relatif lebih berat dn lebih panjang di bandingkan orang dewasa. Pada masa neonatus, traktus digestivus manegandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolosakarida dan di sebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.
8.       Hati
      Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan lemak dan glikogen. Sel sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya ditoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mgt/kg BB / hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.
9.       Keseimbangan Asam Basa
Derajat kesamaan (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neunatus telah mengkompensi asidosis. 
B.     Pencegahan Infeksi
Menurut laporan kelompok kerja WHO pada bulan april 1994, dari 8,1 juta kematian bayi di dunia, 48% diantaranya adalah kematian neonatal. Sekitar 60% diantarnya merupakan kematian bayi berumur kurang dari 7 hari serta kematian bayi berumur lebih dari 7 hari akibat gangguan prinatal. Sekitar 42% kematian neonatal di sebabkan oleh infeksi seperti tetanus neonatrum, sepsis, meningitis, pneumonia dan diare. Pada kematian neonatal di sebabkan oleh karena infeksi, dua pertigananya dengan proses persalinan.
Pencegahan infeksi merupakan penata laksanaan awal ayang harus dilakukan pada bayi baru lahior karen bayi barhu lahir sangat rentang terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :
1.         Mencuci tangan secara seksama sebeluym danm setelah melakukan kontak dengana bayi.
2.         Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum di mandikan
3.        Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telad disinfeksikan tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4.      Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih
5.         Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainya yang akan bersentuhan dengan bayia dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan)
6.         Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari(puting susu tidak boleh disabun)
7.         Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari
8.         Menjaga bayai dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.
Upaya ini yang dapat dilakukan untuk menjegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir adalah
1.       Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini di lakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakan disebelah bawah talib pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalair dengan sabun, segera di keringkan dengan kain kasa kasa kering dan di bungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka talu pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus di waspadai antara lain kulit seklitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus / nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan kdokter jika pada tali pusat di temukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
2.       Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang di ketahui yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadi kolonisai mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganissme ibu yang cendrung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.
3.       Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adlah merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlabih dahulu, membersihkan kedua mata sgera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah di bersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatrum (tetrasklin 1%, Eritrosmin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan di bersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali. Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi saleb mata setelah 1 jam setelah lahir, merupakan sebab tersaring kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.
4.       Imunisasi
Pada daerah resiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus di berikan pada bayi segera setelah lahir. Pembewrian dosisi pertama tetesan polio di anjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan awal. Imunisai Hepatitis B sudah merupakan program nasional, meskipun pelaksanaanya di lakukan  secara bertahap. Pada daerah resiko tinggi, pembewrian imunisai Hepatitis B di anjurkan pada bayi segera setelah lahir.
C.     Rawat Gabung
Adalah satu car perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan thdak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Dengan kata lain, rawat gabung adalah sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui bayinya. Menurut sifatnya, rawat gabung di bedakan menjadi dua, yakni :
1.    Rawat gabung kontinu, yaitu bayi berada di samping ibu terus menerus
2.   Rawat gabung intermiten, yaitu bayi hanya sewaktu-waktu saj bersam ibu, misalnya pada saat bayi akan menetek saja.
Tujuan rawat gabung secara umum adalah membina hubungan emosuonala antara ibu dan bayi, meningkatkan penggunaan air susu ibu (ASI), pencegahan infeksi dan pendidikan kesehatan bagi ibu. Dengan rawat gabung ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja, dimana saja bayi membutuhkanya. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawataan bayi secara benar yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih dirumah sakit, dapat melibatkan suami secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusui bayinya secara baik dan benar, ibu mendapat kehangatan emosional/batin karena selalu kontak dengan bayinya.
Syarat bayi baru lahir bisa dilakukan rawat gabung, antara lain bayi lahir spontan baik persentasi kepala maupun bokong. Apabila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, refleks mengisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dan lain-lain. Apabila bayi lahir secara seksio sesaria dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk, 4-6 jam setelah oprasi selesai. Syarat), umur kehamilan lebih dari atau sama dengan 2500 gram, tidak terdapat tanda infeksi intrapartum, bayi dan ibu dalam keadaan sehat.
Rawat gabung tidak di9perbolehkan pada bayi yang sangat prematur, bayi dengan berat lahir kurang dari 200 gram, bayi dengan se4psis, bayi dengan ganguan nafas, bayi denga cacat bawaan berat atau ibu dengan infeksi berat (antara lain Tuberkulosisi, Sepsis). Bayi baru lahir tidak boleh dilakukan rawat gabung, apabila keadaan ibu atau keadaan bayi tidak memungkinkan. Kontra indikasi rawat gabung dari keadaan ibu, antara lain status kardiorrespirasi tidak normal (ibu dengan decompensatio cordis tingkat III di anjurkan untuk menyusui), pascaeklampsi kesadaran belum baik, infeksi akut (tuberklosis aktif), hepatitis, HIV / AIDS, citomegalovirus (CMV), herpes, kanker payudara dan psikosis. Kontra indikasi rawat gabung dari keadaan bayi, antara lain bayi kejang/kesadaran mdnurun, penyakit jantung / pengawasan intensif serta bayi dengan cacat bawaan tidak mampu menetek.
Pelaksanaan rawat gabung, bisa dilakukan di poliklinik kebidanan, di ruang bersalin, di ruang perawatan serta di poliklinil anak. Kegiatan rawat gabung di ruang bersalin bisa dilakukan apabila memenuhi beberapa kriteria berikut ini : nilai APGAR lebih dari 7, berat badan lahir 2500-4000 gram, usia kehamilan 37 sampai denga 42 minggu, bayi lahir spontan, tidak ada infeksi intrapartum, ibu sehat, tidak ada komplikasi persalinan pada ibu dan bayi, tidak ada kelainan bawaan berat. Kegiatan rawat gabung di ruang bersalin, antara lain dalam setengah jam setelah lahir bayi segera di susukan, ibu di berikan penyuluhan tentang ASI dan rawat gabung, persiapan ibu dan bayi keruang perawatan .
Kegiatana rawat gabung keruang perawatan, yakni meletakan bayi dalam books bayi disamping tempat tidur ibu, mengawasi keadaan umum bayi, catat dalam status. Bayi boleh menetek setiap kali, tidak boleh diberi susu botol, jika ada indikasi medis pemberian susu formula, berikan dengan pipet, sendok, cangkir atau naso gastrik tube (NGT), memantau ibu menetek bayi, penyuluhan sebelum ibu dan bayi pulang. Kegiatan rawat gabung di poliklinik anak, yakni menimbang berat badan, memeriksa payudara dan proses laktasi, mengkaji makanan bayi, memeriksa keadaan ASI, penyuluhan makanan dan perawatan bayi, memberikam jadwal makanan bayi, pemerikasaan bayi oleh dokter sert amemberikan imunisasi sesuai jadwal.
Model pengaturan ruangan untuk mendukung kegiatan rawat gabung, antara lain satu kamar untuk satu ibu dan satu bayi, satu kamar untuk empat sampai lima ibu dan kamar disebelah untuk bayi. Bayi bisa di tarik oleh ibu tanpa ibu keluar kamar, beberapa ibu dalam satu kamar, bayi dikamar lain yang disekat dengan kaca, ibu dan bayi pada satu tempat tidur, boks bayi disamping tempat tidur ibu.
Rawat gabung memberikan banyak menfaat bagi ibu dan bayi yaitu: Manfaat rawat gabung dari aspek fisik antara lain mengurangi kemungkiinan infeksi silang dari pasien lain atau petugas, dengan menyusui dini kolostrum dapat memberikan kekebala, ibu dapat dengan mudah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada bayinya karena setiap saat dapat melihat bayinya. Manfaat dari aspek fisiologis antara lain bayi banyak mendapatkan nutrisi secara fisiologis dan mebantu proses involusi uterus. Manfaat dari aspek psikologis adalah terjalin lekat akaibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya, bayi merasa aman dan terlindungi. Manfaat dari aspek edukatif antara lain ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga mempu menyusui serta merawat bayinya. Manfaat dari aspek ekonomi antara lain adanya penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu buatan. Manfaat dari aspek medis antara lain menurunkan terjadinya infeksi nosokomialn menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
Keuntungan dari kegiatan rawat gabung, antara lain menggalakan pemakaian ASI, hubungan emosional ibu d`n bayi lebih dini dan dekat, ibu dapat segera melaporkan keadaan bayi aneh pada bayi, mengurangai ketergantungan ibu pada petugas dan meningkatkan percaya diri, ibu bisa belajar merawat bayi, ibu dapat bertukar pengalaman dengan ibu lain, resiko infeksi silang dan nosokomial berkurang, sehingga petugas bisa melakukan tugas lain.
Kerugian dari kegiatan rawat gabung, antara lain kemungkinan ibu kurang istirahat, bisa salah memberikan makanan kepada karena pengaruh orang lain, pada ibu yang kurang menjaga kebersihan diri, bayi dan ibu akan mudah sakit, bayi dapat terkena infeksi dari perngunjung , serta kadang ada hambatan tehnis dan fasilitas pelaksanaan.

0 komentar:

Posting Komentar